Ujian Tata Rias Pengantin Solo Putri (Bagian I)
12:44 AM
Assalamualaikum,
Dari beberapa postingan sebelumnya Cah ayu pasti sudah
tahu alasan saya menyukai dunia permakeupan. Intinya, mengapa saya yang
sudah bekerja kantoran masih ngebet jadi perias adalah karena ini passion saya banget dan saya sudah merasa
cukup puas merias wajah saya sendiri (sampai khatam) dengan segala kekurangan
yang harus ditutupi make up. Perias
adalah pilihan saya untuk dapat menjadi
lebih bermanfaat bagi orang lain.
Kalau Cah ayu mengikuti perjalanan blog saya pasti tahu,
awal 2016 saya memutuskan untuk kursus pengantin Solo Putri. Anak pertama saya
waktu itu berusia tiga tahunan, perjuangan
banget lah bisa ninggal si kecil untuk kursus. Kursusnya di hari saya libur
yaitu sabtu minggu, jika mentornya pas tidak bisa saya akan kursus di malam hari sepulang kerja, capek? banget.
Yang saya ingat, saya hanya ingin punya keterampilan yang bermanfaat yaitu
keterampilan yang saya suka dan didukung oleh keluarga (khususnya mas bojo).
![]() |
TRP Solo Putri |
Di
kursusan ini jalannya memang agak pelan, progress
saya sering terhambat karena masalah
model. Buat kursusan rias, model ini penting sekali, yang manut dan ga ngedumel akan lebih membantu kita fokus
pada materi. Kesulitan ini lama sekali saya rasakan, karena saya baru di Solo belum
banyak kenalan hingga akhirnya bingung cari model. Hal ini membuat saya jalan
di tempat, galau, sedangkan keinginan membara, dalam artian saya off di kursusan. Supaya saya tidak berlarut-larut
sedih karena tidak ada progress akhirnya saya coba mengikuti beauty class, seminar kecantikan dan ikut
kontes-kontes make up di instagram, namun hal-hal tersebut belum menjawab rasa penasaran
saya dengan Tata Rias Pengantin tradisional. Mengapa tradisional? Buat saya
tradisi adalah sesuatu yang harus saya banggakan, apalagi saya orang Jawa, saya
sangat-sangat suka budaya Jawa, bukan cuma riasnya (make up) yang saya kejar, saya ingin belajar pakem yang benar. Mengapa
pakem?ya supaya anak cucu kita masih tahu bagaimana indahnya budaya kita. TRP
tadisional bagi saya adalah upaya untuk nguri-uri
budaya, supaya kita ada panutan, jadi nikah TRP Solo tidak pakai adat Jogja dan
sebaliknya, rias Solo tidak pake paes Jogja dan sebaliknya karena masing-masing
ada filosofinya. FYI ya, kalau
kursusan TRP tradisional ini berjenjang kita tidak bisa langsung ngambil suka-suka
kita. Jadi urutannya mulai dari TRP Solo Putri, solo basahan, baru ke jogja putri dan Jogja Paes
ageng yang mana masing-masing punya subnya termasuk modifikasi. Kayak gini
kalau kita tidak tahu sejarahnya kan bubrah,
hehehehe. Rias solo dengan paes Jogja banyak lho, begitu juga sebaliknya, bagi
yang tidak tahu apalagi anak-anak sekarang kan sukanya yang syantik-syantik
(ala mimiperi) yang penting hasil fotonya nanti syantik, instagramable...padahal di balik kepakeman itu ada filosofinya (sok
filosofis banget sih saya). Iyah, karena bagi saya semua tatanan itu harus dijaga
agar tidak hilang.
Balik lagi ke kursusan, akhirnya saya mogok saking lamanya
jalan di tempat. Vacuuum...(ga pake cleaner), hempaskan, fiiiiuuuuh. Setahun
berjalan dan no progress itu buat
saya tidak melulu useless gitu karena
bagaimanapun saya sudah dapat banyak ilmu baik make up maupun tata rambutnya, tapi ya ga bisa diam begitu terus ngikutin
no progress tadi. Akhirnya di suatu
seminar saya bertemu kenalan, yang rupanya juga baru lulus dari ujian TRP Solo
putri. Dia banyak cerita tentang tempat kursusannya, yang membuat saya tertarik
adalah jam kursus yang fleksibel dan kemudahan memdapat model. Berbekal info tersebut,
saya berpikir dan berdiskusi dengan suami, intinya saya belum menyerah. Saya
daftar di tempat kursusan tersebut pada akhirnya. Karena sebelumnya saya sudah
pernah kursus jadi di tempat baru ini saya tinggal melanjutkan. Ada hal-hal
berbeda yang saya jumpai, di kursusan sekarang menggunakan modul dan semua
urutan kerja plek persis modul. Awalnya saya kaget juga semisal pasang foundie harus pake tangan karena
biasanya saya pakai spons atau kuas, ternyata pakemnya begitu. Saya mulai
semangat lagi.
Eng ing eng, baru beberapa kali pertemuan, Alloh memberi saya hadiah lagi,
saya hamil. Kehamilan kedua ini lumayan berat bagi saya, karena mabuk di trimester
awal. Lucunya sehari-hari saya mabuk, terkapar di kasur dan hanya mau makan
bubur (jenang lemu) eh giliran kursus saya sehat. Materi demi materi saya
selesaikan mulai dari make up,
sanggul, pasang bunga, perhiasan kepala, mengenakan busana dan perhiasan.
Alhamdulillah, selesai semua materi, tetapi ternyata kita tidak bisa langsung
ujian karena harus menunggu jadwal ujian negara. Di waktu menunggu akhirnya
saya lanjutkan dengan kursus TRP solo basahan. Kehamilan yang semakin besar
akhirnya membuat saya kepayahan karena di TRP Solo basahan kita harus bisa
memakaikan kain dodhot, dimana banyak adegan duduk berdiri. Lagi-lagi saya
pamit off, yang ini demi debay. Dua
bulan saya off dan fokus ke
persalinan. Sebulan setelah melahirkan saya mendapat kabar bahwa di bulan
januari akan diadakan ujian negara TRP Solo Putri, langsung dong saya
mengiyakan untuk ikut.
Ketika saya masuk ternyata banyak teman-teman baru yang
sedang belajar karena tempat kursusan mendapat kerja sama program kecakapan
hidup dari Dinas di kota Surakarta. Wah, saya senang sekali belajar dengan banyak teman
seperti jaman sekolah atau kuliah dulu.
![]() |
Latihan lagi setelah beberapa bulan off |
![]() |
Latihan lagi dengan teman-teman baru |
Seperti yang saya bilang di awal, TRP
Solo putri ini tidak hanya soal rias, di kelas kkami mendapat beberapa materi yaitu: materi anyaman dasar kembar mayang, teori adat istiadat, etika jabatan, motivasi kerja dan demo manten kakung.
Anyaman Dasar
Kembar Mayang
Kembar mayang lazimnya adalah hiasan yang dibuat dari
janur. Kembar
mayang ini terdiri dari beberapa macam hiasan janur yaitu keris-kerisan, walang-walangan, burung-burungan dan payung. Kami
diajari cara membuatnya termasuk membuat bawang sebungkul yaitu kuntum melati
yang dironce, biasanya digunakan sebagai perhiasan bunga berupa tibododo yang
dipakai pengantin wanita.
![]() |
Anyaman kembar mayang |
Teori Adat
Istiadat
Kami belajar tatacara adat sebelum nikah sampai ngunduh mantu.
Acara pranikah yang dimulai dari lamaran dan serah-serahan, menentukan sangat atau hari baik, mendirikan tarub
(bleketepe dan lainnya), siraman,
dodol dawet, ngerik dan midodareni. Sedangkan acara nikahnya sendiri yang
dimulai dari ijab, panggih, singepan, nimbang/pangkon, kacar kucur (
dilanjutkan dengan bubak kawah untuk pengantin anak pertama atau tumplak punjen
untuk anak terakhir) dilanjutkan dengan sungkeman. Haduh, saya betul-betul
cinta dengan yang demikian, semakin saya baca modul semakin bangga saya dengan
budaya Jawa. Bagaimana tidak bangga, semua penuh filosofi, mengapa pakai tebu
di tarub karena tebu adalah anteping
kalbu (ketetapan hati), mengapa kain yang dipakai orang tua namanya truntum karena artinya turun temurun
supaya berkembang. I'm in love again.
Etika Jabatan
Isinya lebih ke arah apa-apa yang boleh dan yang tidak
boleh kita lakukan sebagai perias.
Motivasi
Isinya memotivasi supaya kami tidak berhenti
sampai di ujian nanti dan terus berkarya sehingga bermanfaat bagi orang lain. Ada
hal yang saya ingat terus dari materi ini. Sekarang kan sedang ngetren sekali
istilah MUA, iyap, make up artist. MUA belum tentu perias
tetapi perias pasti MUA. MUA belum tentu bisa menggambar wajah bagong si
punakawan tetapi perias harus bisa. Ini kena banget sih di hati saya yang suka
ngaku-ngaku jadi MUA, banyak belajar lagi intinya.
Demo manten
kakung
Materi ini sebetulnya penting sekali, karena dari awal
kayaknya yang diuplek-uplek itu manten wanita yang notabene jadi fokus
orang-orang. Kadang kita lupa manten kan ada dua yaitu manten putri dan kakung,
yang putri biasanya syantik 17x syantik (mimiperi lagi yah) sedangkan yang
kakung kadang diabaikan (pokoknya dipakein baju), hehehehe. Ternyata ada seni
rias khususnya untuk manten kakung yang dandannya soft, matte dan ga medok,
jangan sampai lipennya ngalahin manten putri, hehehehe. Kami diajari lengkap sampai pemakain busana.
![]() |
Ini modelnya bikin cewek-cewek di kelas terkiwir-kiwir dan pas materi penuh adegan lucu....eaaaa |
Untuk persiapan ujian negara diadakan pemantapan dan
ujian lokal. Pemantapan ini ya latihan banget-banget dalam menyesuaikan waktu
karena untuk TRP Solo Putri dibatasi waktu 2,5 jam, kebayang dong kenapa?karena
dalam praktiknya seorang perias dituntut cepat tapi bagus, iya kalau pegang
manten saja, kalau kru nya kurang, perias tersebut harus menangani kedua manten dan
orang tuanya yang berarti harus kerja dengan cepat, tangkas dan berkualitas.
![]() |
Pemantapan dengan model yang dimintai tolong buat model ujian |
Ujian lokal dan ujian negara? Sambung di postingan besok ya, capek ngetiknya, hehehehe.
Salam cantik
0 comments