PERLINDUNGAN IMUNISASI UNTUK GENERASI BANGSA MENUJU INDONESIA SEHAT
12:27 AM
“Pak, besok jadwalnya adek
imunisasi lho”
“Iya Bapak ingat, kan kemarin
Ibu sudah memberi tahu”
“Iya, adek besok imunisasi
campak, tolong antar ya Pak”
“Tapi Bu, semalam Bapak
baca katanya vaksin MR yang saat ini beredar belum ada status halalnya dari MUI
lho”
Kemudian
saya jadi resah….
Anak saya yang kedua sudah sembilan
bulan dan sudah waktunya untuk mendapat imunisasi campak, wajar kan apabila
saya resah, buat saya imunisasi sangat penting tetapi saya menjadi ragu ketika
dari segi agama menyatakan bahwa vaksin yang digunakan tidak halal. Pengalaman anak pertama yang rentan sakit,
sering batuk pilek dan radang tenggorokan membuat saya lebih berhati-hati terhadap
kesehatan anak kedua yang masih di bawah
dua tahun. Jadwal imunisasipun saya coba ikuti dengan baik, bagi saya sehat
adalah hak anak yang wajib diupayakan oleh orang tua. Salah satu hak anak
menjadi sehat adalah melalui imunisasi.
![]() |
Sumber : sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Imunisasi MR sempat membuat masyarakat resah
Imunisasi
MR yang sedang digalakkan oleh pemerintah sempat mengalami penolakan dari
masyarakat dikarenakan status kehalalan vaksin. Kementerian kesehatan bertindak cepat menghadapi hal
tersebut dengan membuka komunikasi dengan lembaga sertifikasi halal di
Indonesia yaitu Majelis Ulama Indonesia dan produsen vaksin MR yaitu Serum Institute of India (SII).
LPPOM MUI mengkaji dan melaporkan kepada Komisi Fatwa MUI bahwa vaksin MR yang
diproduksi SII memanfaatkan (bukan mengandung) unsur haram, maka tidak dapat
disertifikasi halal. Kemudian fakta lain muncul berdasarkan informasi dari ahli
yang kompeten dan kredibel mengenai pentingnya pelaksanaan program imunisasi MR
ini karena faktor bahaya yang yang lebih besar yang dapat mengancam masyarakat
yaitu hilangnya nyawa atau kecacatan permanen. Dengan melihat bahaya yang lebih
besar tersebut disimpulkan bahwa penggunaan vaksin MR produksi SII untuk
program imunisasi dibolehkan didasarkan
pada tiga alasan, yaitu :
1.
memenuhi ketentuan dlarurat syar’iiyah
2.
belum adanya alternatif vaksin
yang halal dan suci
3.
adanya keterangan ahli yang
kompeten tentang bahaya yang bisa ditimbulkan.
![]() |
Kemenkes bersinergi dan fokus capaian imunisasi (sumber: sehatnegeriku) |
Tentang Imunisasi
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 42 tahun 2013 yang
mengatur tentang penyelenggaraan imunisasi, imunisasi didefinisikan usaha dalam meningkatkan kekebalan seseorang
dari suatu penyakit, agar seseorang tersebut tidak terkena suatu penyakit, atau
meringankan derajat penyakit yang diderita. Imunisasi merupakan upaya
pencegahan primer yang paling efektif dan murah dalam mengatasi penyakit
infeksi (hellosehat).
Keberhasilan imunisasi telah terbukti dengan
menghilangnya penyakit cacar di muka bumi Di Indonesia sendiri kasus cacar
ditemukan di kecamatan Sepatan, Tangerang tahun 1974. Kemudian pada tahun 1976,
Somalia dinyatakan bebas cacar sehingga WHO menyatakan dunia
bebas cacar pada tahun 1978. Selain memberikan efek individu berupa kekebalan
terhadap penyakit, imunisasi juga dapat memberikan kekebalan terhadap komunitas
yang dikenal dengan Herd immunity yaitu situasi
dimana sebagian besar masyarakat terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu
sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan
merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang bersangkutan. Menurut dr. Piprim B Yanuarso Sp. A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, kekebalan komunitas terjadi jika cakupan imunisasi >80%. Sementara itu, bila cakupan imunisasi <60%, maka peluang terjadinya kejadian luar biasa (KLB) munculnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) menjadi besar.
sumber : depkes |
Bagaimana herd
immunity tercapai? Jadi sasaran rentan penyakit yaitu bayi dan balita akan terlindungi
melalui imunisasi. Nah, ketika target yang paling rentan terlindungi maka
penyebaran penyakit kepada kelompok usia dewasa akan rendah sehingga penularan
penyakir di masyarakat terkendali. Hal tersebut akan
terwujud jika capaian imunisasi tinggi dan merata.
(Sumber : depkes)
Cakupan
imunisasi
Terdapat
imunisasi dasar dan imunisasi untuk balita di bawah dua tahun yang jadwalnya
sangat jelas dan mudah kita akses. Tentunya pemerintah juga mempunyai target
partisipan imunisasi, berdasarkan data depkes.go.id capaian
imunisasi di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Dari data diketahui
ternyata masih terdapat masyarakat yang belum melakukan imunisasi dimana alasan
yang paling banyak dijumpai adalah dikarenakan takut anak demam setelah
diimunisasi. Pemerintah terus menggalakkan program imunisasi agar masyarakat semakin
sadar, salah satunya adalah dengan manajemen tempat layanan imunisasi.
Berdasarkan data, diketahui bahwa tempat
pelayanan imunisasi terbanyak adalah Posyandu dan Puskesmas, sedangkan yang
berkunjung ke pelayanan swasta sebesar 3-39%
(tinggi di perkotaan), angka tersebut tidak dapat diabaikan sebagai penyumbang
capain imunisasi.
Sumber :depkes |
sumber : depkes |
Praktik Imunisasi di Masyarakat
Nah, saya sendiri merasa
awam tentang imunisasi oleh karena itu saya sering bertanya kepada
tenaga kesehatan baik dokter maupun bidan terkait imunisasi. Kali ini saya
berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan bidan yang kebetulan adalah teman
saya di Sekolah Menegah Atas. Namanya
adalah Sri Setya Utami, S.ST. bidan yang sudah bertugas hampir sembilan tahun di Puskesmas Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Bincang-bincang kali ini memang agak santai sehingga saya pun dapat
leluasa bertanya. Saya ingin mengetahui pelaksanaan imunisasi di lapangan
seperti apa. Berikut adalah hasil perbincangan saya:
Boleh ceritakan tentang imunisasi
dilaksanakan di sini?
Imunisasi memiliki beberapa sasaran
antara lain untuk bayi, balita, anak sekolah dan wanita usia subur. Untuk pelayanan imunisasi dapat diakses di
Puskesmas dan juga posyandu yang tersebar di desa-desa. Nah, di Puskesmas
terdapat pemegang program imunisasi yang bertanggung jawab di dalamnya,
sedangkan untuk posyandu di desa masih dibantu oleh kader. Kegiatan di Posyandu
tidak melulu imunisasi tetapi juga penimbangan bayi atau balita dan konsultasi
terkait tumbuh kembang anak. Biasanya waktu layanan di posyandu dibagi menjadi
tiga waktu yaitu pagi, siang dan sore hal ini untuk mengakomodir ibu dan kader
yang bekerja sehingga pelayanan tetap dapat diberikan. Untuk program imunisasi
anak sekolah dilaksanakan dua kali dalam setahun yang dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah, termasuk
imunisasi MR yang kemarin hangat diperbincangkan banyak orang.
Apa saja yang dilakukan
untuk menyosialisasikan imunisasi?
Di Puskesmas terdapat pokja
yang bertugas untuk melakukan promosi program kesehatan biasanya diampu oleh
petugas dengan kualifikasi lulusan kesehatan masyarakat. Secara periodik juga
dilakukan sosialisasi oleh puskesmas keliling ke desa-desa. Di Puskesmas juga
terdapat siaran langsung (live) di
gedung pusat Puskesmas pada jam pelayanan selain itu juga disediakan leaflet
dan sosial media untuk membantu sosialisasi imunisasi.
Bagaimana sosialisasi
imunisasi di sekolah?
Untuk sosialisasi di sekolah
dilakukan dengan melakukan pemberitahuan melalui pengiriman surat pemberitahuan
ke sekolah H-2 minggu sebelum pelaksanaan imunisasi. Sekolah kemudian menyosialisasikan
kepada orang tua/wali murid untuk kemudian ditindaklanjuti apakah boleh/tidak
putra-putrinya diberikan imunisasi. Apabila orang tua/wali murid tidak
mengijinkan maka orang tua harus menyerahkan surat keberatan.
Apa saja kegiatan yang
kamu lakukan dalam tupoksi sebagai bidan untuk mendukung keberhasilan program
imunisasi?
Sebagai bidan desa pastinya turut menyosialisasikan program imunisasi
dengan cara membaur dalam kegiatan masyarakat seperti PKK, arisan RT/RW, kelompok remaja dan beberapa organisasi
lainnya. Kemudian terus menstimulasi kesadaran masyarakat akan pentingnya
imunisasi sekaligus memberikan
klarifikasi tujuan pemerintah dengan penerimaan masyarakat (apabila terdapat
benturan dalam penerimaan maksud dan tujuan).
Terkait pengalaman di
lapangan, bagaimana kesadaran masyarakat terkait imunisasi?
Secara garis besar bagus, kebetulan wilayah tempat saya bekerja memiliki
letak geografi yang unik beberapa RW berlokasi di pedesaan dan sebagian lagi di
wilayah kota, secara demografi hal tersebut juga mempengaruhi keputusan
masyarakat untuk melakukan imunisasi atau tidak.
Apakah pernah terjadi
penolakan dari masyarakat?
Pastinya pernah, dan hal
tersebut yang menjadi tantangan bagi nakes. Di satu sisi kami mempunyai target
yang harus dipenuhi sedangkan di lapangan kadang kami temui penolakan.
Upaya-upaya pendekatan terus kami lakukan pastinya demi kesuksesan program
imunisasi.
![]() |
Dokumen pribadi |
Dari hasil perbincangan tersebut saya jadi tahu mengenai
seluk beluk imunisasi dan kendala yang dihadapi seorang tenaga kesehatan dalam
menyosialisasikan program pemerintah.
Kesimpulan
yang dapat saya tarik secara keseluruhan yaitu imunisasi adalah sebuah upaya yang efektif dan efisien
dalam melindungi generasi bangsa dari ancaman penyakit.
Pemerintah memang sangat fokus terkait program imunisasi
ini, sehingga sudah seharusnya kita juga memberikan dukungan. Untuk imunisasi
juga sudah dipermudah dengan layanan di Puskesmas-Puskesmas yang biayanya pun
terjangkau bahkan gratis karena disubsidi. Tenaga kesehatan juga sudah
dipersiapkan sedemikian hingga dapat melayani masyarakat dengan baik. Saatnya
kita peduli dengan kesehatan, saatnya kita peduli imunisasi, iya demi generasi
bangsa yang lebih baik dan Indonesia sehat.
0 comments